
Microsoft boleh jadi sudah pensiunkan Internet Explorer, dan adakan browser anyar yaitu Edge sebagai browser utama Window 10, tetapi itu bukan brarti bahwa predikat web browser yang reputasinya memburuk akan benar benar hilang, karena itu ada sebuah web browser yang dengan menempuh jalur yang sama kaya Internet Explorer.
Tulisan terbaru di Ars Technica berpendapat bahwa browser Safari milik Apple beresiko menjadi sebuah program ketinggalan jaman yang tak lagi diminati oleh para pengguna maupun kalangan developer, mirip seperti Internet Explorer. Mengapa? Karena Apple sangat jarang merilis update untuk browser tersebut, jadi tak jarang pengguna mendapati bahwa Safari tak memiliki dukungan untuk berbagai macam API yang dipakai para web developer untuk menciptakan sebuah website.
Ada anggapan bahwa mungkin bukan sebuah masalah besar jika Apple masih belum memberikan dukungan untuk tiap API atau tool baru yang dipakai oleh para developer di sebuah website tertentu. Tapi jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka para developer bisa saja memutuskan untuk tidak melakukan ujicoba web baru di browser Safari. Ketika hal tersebut benar-benar terjadi, maka jangan heran jika Safari akhirnya bernasib sama seperti Internet Explorer.
Yang merasakan masalah ini bukan cuma Ars Technica saja; blogger Apple Ben Thompson juga sempat membahasnya di email harian dengan mengungkapkan bahwa Safari termasuk lambat dalam mengadopsi standard terbaru, itupun jika mereka memang ingin mengadopsi keseluruhannya. Divisi Safari di Apple memang masih senantiasa aktif memberikan update untuk standar mailing list terbaru, namun Apple tidak memperkenankan rendering engine lain di iOS.
Hmm Apple nampaknya juga tidak benar-benar lihatkan dukungan untuk para developer yang sibuk kembangkan layanan untuk safari; Apple jarang hadiri konferensi developer web dan komunitas developer seringkali tidak tau kabar update penting di safari kecuali apple akan umumkan di sesi pembicaraan yang dapat di katakan inti yang mereka gelar sendiri.